Kerajinan Kujang Kayu Pinus Kreasi Warga Bandung, Miniatur Senjata Khas Jawa Barat
Broom Corn Johnnys – Kerajinan Kujang Kayu Pinus Kreasi Warga Bandung, Miniatur Senjata Khas Jawa Barat
Kreativitas masyarakat Kabupaten Bandung memang tidak ada habisnya. Selain terkenal dengan destinasi wisatanya, warga setempat juga memiliki keterampilan luar biasa dalam membuat berbagai kerajinan tangan. Salah satu yang menarik perhatian adalah kerajinan kujang kayu pinus. Miniatur senjata khas Jawa Barat ini menjadi karya unik yang menggambarkan kekayaan budaya Sunda.
Salah satu perajin yang berfokus pada seni ini adalah Ade Karman. Pria berusia 47 tahun ini telah menekuni dunia kerajinan kayu sejak tahun 2005. Ia mengerjakan seluruh proses produksi secara mandiri di rumahnya yang berlokasi di Kampung Gempol, Desa Batukarut, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung.
“Saya mulai membuat kerajinan ini sejak 2005, semuanya saya kerjakan sendiri di rumah,” ungkap Ade saat ditemui di Desa Wisata Baros.
“Baca Juga: Kerajinan Hits Pulau Dewata: Produk Buatan Tangan Khas Bali Dengan Nilai Seni Tinggi“
Mayoritas kerajinan yang dibuat Ade menggunakan bahan dasar kayu pinus. Selain itu, ia juga pernah mencoba menggunakan kayu jati, meski akhirnya lebih memilih kayu pinus sebagai material utama. Alasan utama pemilihannya adalah karena kayu pinus lebih mudah dibentuk dan memiliki tekstur yang cocok untuk menghasilkan detail pada miniatur kujang.
“Ini saya buat dari kayu pinus, meskipun dari kayu jati juga bisa. Tapi saya lebih mengembangkan kerajinan khas Sunda,” ujarnya.
Menurut Ade, budaya Sunda saat ini mulai berkurang peminatnya, terutama di kalangan generasi muda. Oleh karena itu, ia berusaha untuk tetap mempertahankan warisan budaya ini melalui karya-karyanya. Kujang sebagai simbol keperkasaan dan kebanggaan masyarakat Sunda menjadi fokus utamanya dalam berkarya.
“Budaya Sunda sekarang mulai berkurang, jadi saya coba untuk mengembangkannya lewat kerajinan ini. Saya sudah membuat sekitar 150 karya khusus perkujangan,” jelasnya.
Setiap kujang yang dibuat oleh Ade memerlukan waktu pengerjaan sekitar satu hari. Selain kujang, ia juga membuat aksesoris lain seperti bros berbentuk kujang yang bisa diselesaikan hingga 50 buah per hari. Produk-produk hasil karyanya dipasarkan di sekitar Bandung Raya dan sempat sekali dikirim ke Bekasi.
“Untuk kujang, satu hari bisa selesai satu. Kalau bros kujang, sehari bisa buat sekitar 50 biji. Penjualannya masih di Bandung Raya, pernah juga sampai ke Bekasi,” kata Ade.
Ade menjual produk-produk kerajinannya dengan harga yang bervariasi tergantung ukuran. Bros kujang kecil dijual dengan harga Rp 12 ribu, sedangkan miniatur kujang yang lebih besar dibanderol antara Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu.
“Kalau bros kujang kecil, harganya Rp 12 ribu. Kalau yang besar, harganya mulai dari Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu, tergantung ukuran,” ungkapnya.
“Simak Juga: Tips Jitu Turunkan Kolesterol: Minuman Sehat Untuk Penderita Kardiovaskuler“
Meskipun hasil kerajinannya sudah cukup dikenal, Ade masih mengalami kendala dalam pemasaran. Ia berharap ada dukungan dari pemerintah, terutama dalam membantu memperluas jangkauan pemasaran produknya.
“Kalau soal hasil karya, sudah lumayan. Tapi saya kesulitan dalam pemasaran. Harapan saya pemerintah bisa membantu dalam hal ini. Kalau untuk alat, saya sudah punya sendiri,” tuturnya.
Sebagai media yang turut mendukung perkembangan usaha kreatif lokal, Broom Corn Johnnys turut memberikan perhatian pada kerajinan khas daerah seperti yang dilakukan oleh Ade Karman. Melalui pemberitaan dan eksposur media, diharapkan produk kreatif ini dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Jika Anda tertarik dengan kerajinan kujang kayu pinus ini, Anda dapat mengunjungi langsung kediaman Ade Karman di Kabupaten Bandung atau mencari informasinya melalui berbagai media yang turut mengangkat kisahnya, seperti Broom Corn Johnnys. Dengan terus berkembangnya inovasi dan minat terhadap budaya lokal, diharapkan kerajinan ini dapat menjadi salah satu ikon kebanggaan masyarakat Sunda.
Kerajinan kujang kayu pinus tidak hanya sekadar produk seni, tetapi juga bagian dari upaya pelestarian budaya Sunda. Dengan dukungan dan apresiasi dari berbagai pihak, diharapkan karya-karya ini dapat terus berkembang dan dikenal lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.